8/26/2013

Ustad Bertarif? Jangan dipakai!

gambar search di google
Belakangan ini media sempat heboh memberitakan seputar Ustad bertarif, dimana semua bermula dari batalnya ceramah ustad solmed di Hongkong. Solmed membatalkan karena merasa ceramahnya di Hongkong itu dibisniskan, karena penyelenggara memungut biaya kepada jamaah yang ingin mengikuti dakwahnya. Sementara itu pihak EO yang mengundang pak Solmed di Hongkong itu merasa difitnah, menurutnya bahwa pihak pak Solmed lah yang merugikan karena ada perubahan kata dan permintaan. Konon pak Solmed minta bagian penjualan tiket itu, selain itu juga mengubah tarif dakwahnya dan yang tadinya minta 2 tiket pesawat nambah minta 4 tiket.

Dari situlah masing-masing pihak saling membela diri, jatuhnya kayak ribut gitu, terus ya jadinya heboh juga karena isu pasang tarifnya jadi pembicaraan dimana-mana. Ada yang menyatakan bahwa ustad pasang tarif itu HARAM, tapi ada juga yang berpendapat bahwa itu boleh-boleh saja asal tidak berlebihan. Pas kapan itu nonton liputan TVone dimana nara sumbernya ustad dari Malasia, dimana beliau tidak pernah pasang tarif karena pesan gurunya adalah jangan sampai menjual ilmu. Lalu dari mana ia dapat uang untuk kebutuhan hidupnya? ia berdagang madu, buku, parfum yang ia bawa dan dijual saat ngisi-ngisi ceramah.

Terus pas siang-siang hari Sabtu *24 Agustus 2013, nonton tv gak sengaja liat tayangan ulang entah acara apa itu di tvone yang jelas nara sumbernya ada Solmed, dari MUI, dari majalah C&R. Gak nonton full sih, tapi kalau dari MUI sendiri sepertinya menolak ustad bertarif. Yang menarik adalah ketika ibu nara sumber dari C&R itu menyampaikan bahwa Ustad Solmed itu adalah ustad yang satu sisi dicintai tapi satu sisi juga ada yang membenci, dan dia juga salah satu ustad yang sering muncul dimedia Infotaiment mau umroh diliput, mau ini itu apa diliput. Terus disaranin agar gak gampangan menerima liputan media, kalaupun diterima harusnya tetep yang disampaikan itu berupa dakwah entah bagaimana cara mengemasnya gitu. Terus pak Solmed kayak gimana gitu bilang oke kedepannya bakal mau lagi diliput, tutup pintu buat semua media, tapi gak tau itu omongannya serius atau bercanda.

Emang bener sih kata ibu dari C&R itu kalau pak Solmed itu sering banget muncul dimedia, terlebih media infotaiment, yang mana kesan yang ada itu seolah pamer kemesraan, harta atau pamer-pamer yang lain gitu. Jadi ya mungkin bener juga masukan ibu itu, agar tidak gampangan diliput, jangan bangga diliput karena merasa semakin diliput semakin terkenal gitu. Dan bener juga kata bapak dari MUI itu bahwa seorang ustad itu tidak cukup dengan halal atau haram saja tapi juga akhlaq, kalau pasang tarif itu ya kurang berakhaq gitu.

Sebenarnya kalau sedemikian kasusnya maka gampangnya sih gini aja: kalau anda bosen lihat ustad solmed atau siapapun yang sering muncul di infomatiment ya udah matiin tv atau kalau enggak pindah chanel. Terus kalau soal isu pasang tarif, ya udah jangan pakai ustad yang pasang tarif, cari yang lainnya aja, karena dakwah itu sebenarnya yang diutamakan adalah ilmunya bukan masalah kepopulerannya. Tapi ya gimana ya, kecenderungan masyarakat kita emang lebih tertarik pada orang-orang yang sudah terkenal, misal pengajian yang diisi ustad seleb gitu meksi acaranya bayar pasti lebih diminati ketimbang yang diisi haji RW kampung sebelah meski acaranya gratis dapat goodyback-makan-hingga snack.

Dari rumitnya postingan yang kemana-mana ini intinya sih, cuma mau bilang: Ustad Bertarif? Jangan dipakai! Udah gitu aja!

salam hormat dariku,
widha utawi idha

8/21/2013

Mendadak Keperawanan Anak SMA Dipertanyakan!

Belakangan ini banyak orang ramai membicarakan soal keperawanan. Ada apa nih, kok Mendadak Keperawanan Anak SMA Dipertanyakan! Yah, semua bermula dari dari SMA di Prabumulih Sumsel yang punya wacana bakal memasukan tes keperawanan dalam penerimaan siswa sekolah menengah atas dan sederajat di daerah itu pada 2014. Dimana dana tes keperawanan itu nantinya akan diajukan dalam anggaran APBD 2014. Nah, dari situlah marak perbincangan tentang tes keperawanan karena ada yang mendukung ada yang tidak setuju. Kalau anda dan kamu gimana?

Kalau aku enggak deh, kenapa? ya sekilas aja dah kayak diskriminasi gitu, kalo tes keperawanan kan itu berarti untuk cewek aja dong, lah terus yang cowok gimana? Terus juga kalau sudah tau perawan atau tidak mau apa? yang tidak perawan mau dibalikin lagi keperawanannya gitu? Terus belum lagi kalau masalah itu dikaitkan dengan hak asasi atau privasi.

Kalau memang tes keperawanan itu berkaitan dengan keprihatinan makin maraknya anak-anak sekolah yang sudah tidak perawan lagi karena melakukan sek bebas bahkan melakukan praktek prostitusi atau aborsi, sepertinya tes keperawanan itu bukanlah solusi handal deh. Harusnya dinas pendidikan membuat terobosan yang lebih efektif untuk mencegah agar para siswa-siswi masa kini itu tidak semakin terjerumus dalam pergaulan sek bebas.

Masalah banyak anak SMA yang kini tidak perawan lagi ya sebenarnya tidak mutlak salah sekolah yang mungkin dirasa kurang mendidik, tapi yang bertanggungjawab sebenarnya adalah keluarga terutama orang tua. Karena memang pergaulan masa kini semakin ada-ada saja dan anak bila tak diarahkan jarang yang menyadari dengan sendirinya.

Berkatian dengan dunia pendidikan, ingat sebenarnya ada masalah yang lebih pantas untuk ditelusuri terkait morat-maritnya unjian nasional kala itu.




salam hormat dariku,

widha utawi idha

8/15/2013

Tulisan Tangan Itu Berkaitan dengan Kesehatan Psikologis Seseorang

Kalau bahas soal tulisan tangan sebenarnya aku paling malas, tanya kenapa? tulisan tanganku jelek banget. Yang padahal konon dari tulisan tangan itu bisa untuk membaca karakter seseorang, terus konon juga Tulisan Tangan Itu Berkaitan Kesehatan Psikologis Seseorang. Tulisan tanganku jelek berarti nanti karakter atau mungkin kesehatan psikologisku kebacanya juga jelek dong? entahlah. Tulisan tanganku memang jelek tapi untung masih bisa nulis (menghibur diri, padahal aslinya juga bertanya-tanya kok gak bisa nulis bagus gitu loh). Lalu, Bagaimana bisa Tulisan Itu Tangan Berkaitan dengan Kesehatan Psikologis Seseorang? karena konon dari tulisan tangan itu bisa untuk membaca kesehatan psikologis, menurut seorang grafolog:


  • Jika tulisan yang dibuat itu terlihat memiliki ritme yang tidak seimbang, itu menunjukan bahwa kondisi psikologis orang yang membuat tulisan itu sedang mengalami masalah. Itu karena pikiran sadar menuliskan isi tulisan, namun pikiran bawah sadar yang menentukan bentuk tulisannya.
  • Jika tulisan itu agak miring ke arah kiri itu berarti penulisnya sedang menahan emosi, kalo tulisan itu miring ke arah kanan itu berarti penulisnya sedang terbawa oleh perasaan.
  • Jika tulisan itu gak stabil miring ke arah kanan dan ke arah kiri itu berarti pikiran penulisnya saat itu juga sedang tidak stabil, karena mungkin sedang berbohong atau sedang mengalami stres yang signifikan.

Kalau aku pikir-pikir, semua point diatas pernah aku alami terutama ketika jamannya masih sering nulis dulu. Dimana nulis tangan dulu ketika masih sekolah. Kalau aku ingat-ingat tulisanku jelek itu karena emang gak stabil, kadang miring, kadang tegak, kadang campur ke kanan dan ke kiri. Apa itu berarti dulu kesehatan psikologisku ada masalah? entahlah, tapi yang pasti sekarangpun kalo nulis juga masih jelek bahkan mungkin tambah jelek karena jari-jari makin kaku karena gak biasa nulis tangan.

Ada dua kemungkinan sih:


  1. Tulisan tanganku jelek itu mungkin pertanda kesehatan psikologisku bermasalah.
  2. Udah emang dari sononya kali, gak bisa nulis bagus.

Untungnya sekarang jamannya serba diketik, jadi gak perlu sering-sering nulis pakai tangan gitu, bisa sambil ngopi terus tinggal atur gaya times new roman atau verdana atau arial atau apa gitu. Kalo misal ngeblog itu nulisnya pakai tulisan tangan, mungkin aku gak akan pernah suka dunia blogging, karena apa? kasihan yang ngebaca gitu.

Kalau anda dan kamu gimana? tulisan tangannya bagus kah? atau bermasalah seperti point-point diatas? kalo iya ya setidaknya aku bangga karena ada temannya gitu *eaaaaa....

salam hormat dariku,

widha utawi idha

8/02/2013

Ciri-ciri Apakah Anda Cocok Jadi Pengawai Atau Pengusaha?


Biasanya masalah yang bikin galau itu kalau gak cinta ya terkait kerjaan. Gak kerja gak punya duit, kerja juga bingung karena mungkin ada tekanan, kejar target, dimarahi bos, atau apalah gitu. Kalau udah galau gitu biasanya muncul ketertarikan apa buka usaha sendiri aja ya? secara kalau buka usaha sendiri bisa lebih enak, gak diatur-atur oleh aturan atasan atau apa gitu. Tapi yang namanya orang itu emang beda-beda kok, ada yang memang lebih baik kerja untuk orang lain atau jadi pengawai gitu, lalu ada yang memang cocoknya buka usaha sendiri. Jika anda memiliki ciri-ciri sebagai berikut maka memang baiknya kerja untuk orang lain:

1. Tidak Suka Mengambil Resiko
Bila memang merasa tidak suka mengambil resiko karena takut kenapa-napa ya memang baiknya cari posisi aman saja. Karena kalau buka usaha sendiri itu sudah pasti ada resiko, kalo misal takut menghadapi resiko ya gimana gitu. Katanya Scott Gerber, pendiri Young Entrepreneur Council: “Orang yang takut mengambil risiko akan lumpuh oleh tekanan berita sehari-hari tentang apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah bisnis,”. Itu.....

2. Suka Membelanjakan Uang Demi Gaya Hidupnya
Nah, kalo misal diawal aja sudah begaya begini begitu, biar hidupnya tampil waow gitu, sementara usaha bisnisnya sendiri gak berkembang ya gimana gitu. Kalo kata Geber sih "Waktu, uang, dan sumber penghasilan harus disesuaikan dengan gaya hidup dan bisnis Anda". Jadi ya kalau buka usaha sendiri berarti harus siap-siap untuk tidak menggunakan pendapatan hanya untuk sekedar memenuhi gaya hidupnya. Terutama diawal usaha, karena lebih baik berhemat dahulu, mending konsen kembangin usaha bisnisnya dahulu.

3. Suka Pendapatan Tetap
Kalau anda merasa nyaman dengan mendapatkan penghasilan tetap ya baiknya tetap jadi pengawai saja karena kalau buka usaha sendiri itu hasilnya tidak tetap, terlebih diawal buka, kadang dapat kadang tidak. Nah kalau anda tidak siap dengan penghasilan yang tak pasti bisa-bisa nanti yang ada cuma gelisah dan gelisah. Kalau kata Geber sih “Mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan gaji pertama Anda,”

4. Tetap Nyaman Meski Disuruh-suruh
Bila memang anda merasa nyaman ketika disuruh ini itu dan menikmati itu ya udah tetap jadi pengawai aja. Karena mungkin anda memang bisa sempurna melaksanakan visi misi yang diberikan orang lain gitu, sementara itu kurang bisa mengolah ide sendiri gitu. Kalau kata Geber “Bahkan para pendiri yang introvert harus mampu mengatur arah perusahaan, mengembangkan strategi dan mendelegasikan tanggung jawab kepada karyawan atau kontraktor,”

Tapi kalau anda merasa bahwa jiwa anda berkebalikan dari hal-hal diatas ya mungkin anda lebih cocok jadi pengusaha ketimbang harus tetep bertahan menjadi pegawai gitu. Berwirausaha memang sekilas terkesan enak-enakan gitu, tapi ya itu tadi kadang tak semua orang itu pas atau cocok berwirausaha. Terkait cocok atau tidak anda jadi pengusaha tentu anda sendiri yang tau, karena hanya anda sendiri yang tau apa yang dimau diri anda, kalo anda sendiri tidak tau apa yang anda mau ya gimana gitu.


salam hormat dariku,
widha utawi idha


Lapak Aneka Souvenir Promosi Widhadong

 









Konveksi Kaos Widhadong