3/11/2018

Kenapa Ada Produk Ini Itu Di Dekat Kasir? Inilah Strategi Impulse Buying Product Display!

Sempat viral curhatan bapak-bapak yang minta supermarket atau minimarket di Indonesia agar tidak memajang produk tuttt... (anggap aja disensor) di dekat kasir karena produk tuuttt... (sensor lagi) bikin anaknya tamtrum. Produk tuttzzz... (lagi-lagi sensor..) dirasa terlalu mahal dan si bapak keberatan karena harganya itu bisa buat beli beras beberapa kilo.



Ngomongin soal produk ini itu yang ditaruh di dekat kasir, aku ingat dulu waktu masih sekolah pernah dapat materi ini. Setelah aku baca-baca ulang strategi menaruh barang dekat kasir ini namanya adalah Impulse Buying Product Display (pajangan untuk menggerakkan hati atau mendorong keinginan secara mendadak dalam membeli sebuah produk).

Jenis-jenis display yang biasa diterapkan di supermarket atau minimarket itu ada berbagai macam tapi ketak-ketik disini hanya ingin sedikit mengulas tentang naruh produk di dekat kasir.

Produk yang biasa diletakan di dekat kasir biasanya adalah produk baru (biar pada kenal terus beli deh), produk promosi (misal belanja lalu ketika membayar, kadang si kasir nanya "anu-nya sekalian gak kak... lagi ada promo nih", sembari nunjukin produknya"), selain itu produk-produk kecil seperti batu baterai atau lainnya. Ada juga produk makanan ringan seperti permen atau coklat atau jajanan anak-anak (termasuk produk tuttt... yang dicurhatin ituh) atau yang lainnya.

Bahkan kadang produk yang ditaruh dekat kasir ini adalah produk yang sebenarnya bukan kebutuhan pokok tapi sengaja ditaruh untuk menggoda orang yang belanja agar nambah beli ini itu. Strategi ini berkaitan dengan perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Contoh sederhana strategi display produk dekat kasir berpengaruh pada perilaku konsumen adalah:

Misal antrean banyak atau lagi nunggu belanjaan ditotalin oleh si kasir terus yang belanja clingak-clinguk dan jreng-jreng lihat sabun cuci gratis payung. Seketika jiwa emak-emak penggila promonya keluar terus ya udah langsung beli padahal dari rumah gak ada niat beli sabun cuci karena yang dirumah stok masih ada. Tapi ya itu tadi seketika mikirnya kapan lagi beli sabun cuci dapat payung karena biasanya cuma dapet piring, itu pun piring yang gampang pecah, ya kan???

Jadi meletakan barang di dekat kasir ini tujuannya adalah untuk menarik minat beli atau memunculkan hasrat dadakan orang yang sedang mengantri untuk membeli produk yang dipajang (target yang digoda itu bisa siapa saja, entah itu anak-anak, emak-emak, atau yang lainnya agar tiba-tiba nambah belanja ini itu), selain itu bisa juga untuk mengingatkan produk kecil yang mungkin hampir terlupakan misal lihat batu baterai digantungin di dekat kasir dan tiba-tiba ingat "eh iya jam dinding dirumah mati".

Yah gitu deh, intinya segala sesuatu itu pasti ada tujuannya. Apalagi kalau berkaitan dengan bisnis pasti penuh strategi. Gak hanya strategi display aja, strategi lainnya masih banyak. Contoh strategi jualan lain yang sederhana misal ada si sabun cuci yang ngasih payung gratis itu apakah dibenar-benar ingin ngasih payung gratis tanpa ada tujuannya? tentu saja tidak, tujuannya utamanya memang untuk menarik minat beli tapi disisi lain juga mempromosikan sesuatu karena payung hadiah seperti itu biasanya ada tulisan nama perusahaan atau merek produk. Dan itu biasanya disebut payung promosi dimana ketika si emak memakai payung kemana-mana tuh ibaratnya turut mempromosikan produk atau perusahaan yang merek atau namanya terpampang nyata di payung itu.

Kembali lagi ke kasus bapak-bapak curhat yang anaknya tantrum lihat produk tutt.... yang diletakan di dekat kasir. Ini adalah contoh nyata bahwa strategi impulse buying product display (pajangan untuk menggerakkan hati atau tampilan yang mendorong hasrat ingin membeli secara tiba-tiba) memang beneran ngefek pada perilaku konsumen. Alhasil penjualan meningkat, coba kalau produk itu ditaruh ditempat yang nyempil dan gak terlihat oleh anak-anak pasti bakalan susah lakunya, ya kan?

Soal akhirnya menimbulkan keluhan dari pembeli seperti si bapak yang curhat anak-nya jadi tantrum itu sih kalau menurut versi ketak-ketik lebih ke masalah pribadi, yakni si bapak yang gak kuat nolak keinginan si anak dan merasa malu anaknya tantrum sehingga mau gak mau nurutin si anak. Dan kalau kayak gini masak iya nyalahin yang naruh produk di dekat kasir, padahal itu kan memang strategi jualan biar laku, ya kan???

Atau nyalahin harga produknya yang mahal? karena efek viral curhatan itu ternyata ada yang demo soal produk tutt... itu mahal. Ya kalau nyalahin harga juga gimana coba, karena secara logika keputusan membeli itu ada di kita, kalau merasa mahal ya udah gak usah beli, atau beli aja yang lain yang sekiranya terjangkau.

Jika keputusan membeli itu melibatkan anak-anak emang susah, karena biasanya anak-anak hanya melihat kemasan gak peduli harga, kalau gak diturutin ngeluarin jurus andalan yakni nangis (parah-parahnya tantrum sampek guling-guling). Maaf bukan maksudnya nyalahin si bapak, tapi kalau tau anaknya tipe tantrum mungkin lain kali kalau belanja gak usah diajak atau mungkin belanja di warung tetangga aja yang gak majang produk tuttt.... Dengan kata lain gak mungkin kan maksain kehendak untuk ngontrol penjual, yang lebih mungkin adalah si ortu yang ngotrol anaknya, ya kan???

Demikian edisi ketak-ketik kali ini, jumpa lagi di edisi lainnya ya....


salam ketak-ketik,
dr pojokan

Related Posts

Silakan Berkomentar di Blognya Mbak Widha (BMW), Agar komentarnya rapi mohon komentar menggunakan NAMA anda, hindari pemakaian nama yang aneh-aneh biar gak masuk Spam!

Lapak Aneka Souvenir Promosi Widhadong

 









Konveksi Kaos Widhadong