Emosi dan Kebencian Bisa Jadi Penyakit, Berdamai Dengan Diri Sendiri Adalah Solusinya!
Bahaya Memendam emosi Berdamai Dengan Diri Sendiri Emosi Jengkel Dipendam Jadi Penyakit Kebencian Kesehatan Mengelola Emosi Penyakit karena jengkel RenunganEmosi dan Kebencian Bisa Jadi Penyakit, Berdamai Dengan Diri Sendiri Adalah Solusinya! || Ketak-ketik dulu ah, kali ini posting berbagi pengalaman seputar amarah dan kebencian! Tema yang cinderung horor tapi hampir semua orang pernah ngalamin marah bahkan sampek benci pada seseorang entah itu keluarga sendiri (bapak, ibu, kakak, adik, suami/istri, anak), tetangga, teman dan sekitarnya. Aku pun mengalami hal itu, terlebih bawaan karakter introvert yang sukanya kalo emosi atau jengkel dipendem sampek ke ubun-ubun.

Dan berdasarkan apa yang aku rasakan yang namanya marah (emosi) dan benci (jengkel) adalah paket kumplit yang sangat merugikan terutama bagi kesehatan. Dulu aku sering ada masalah pencernaan, gampang batuk, sakit leher dan sekitarnya.
Hingga suatu ketika gak sengaja baca sebuah artikel terkait hubungan penyakit dengan emosi atau kejengkelan yang dipendam. Dari situ mulai belajar bagaimana berdamai dengan diri sendiri dengan cara lebih banyak intropeksi diri, menerima diri sendiri dan orang lain.
Semenjak berdamai dengan diri sendiri dengan berusaha mengelola emosi, lambat laun sakit-sakit yang dulu sering dirasakan lama-lama gak terasa lagi. Batuk? udah lama gak menderita ini padahal dulu langganan. Perut kembung, gampang diare atau masalah percernaan lainnya sekarang juga enggak. Selain itu juga dulu juga sering sakit leher tapi serkang enggak.
Soal pengalaman jengkel/benci yang dipendam dan jadi penyakit ini bukan hanya aku aja loh yang merasakan, mas-ku jauh lebih parah. Masku pernah cerita soal kebencian yang dia pendam yang ternyata berhubungan dengan penyakit yang dia derita.
Memang serba salah, emosi itu dipendem jadi penyakit, kalaupun diluapin menggebu-gebu juga gak baik. Misal jengkel pada anak terus ngomel-ngomel ini itu dengan lantang, mungkin emaknya puas bisa meledakan emosi, lah nasib anaknya gimana? Kalau anaknya sama-sama gak bisa terima maka bisa jadi anaknya juga ikut emosi atau kalo enggak ya diam-diam memendam emosi (jadilah penyakit untuk anaknya). Ibarat bisnis ala MLM ketika kita meluapkan kemarahan kepada orang itu sama halnya sedang merekrut downline, alhasil bisa jadi marahan berjamaah otomatis hubungan jadi gak baik, Iya kan????
Kalau misal orang lain itu jengkelin ya mungkin barangkali memang dia karakternya begitu, atau mungkin diri kita sendirilah yang sebenarnya terlalu baper dan mudah marah/benci. Intinya adalah memahami karakter orang lain dan intropeksi diri.
Yah pokoknya hati-hati ajalah kalo punya kebiasaan marah atau jengkel pada orang lain, kalo gak bisa mengendalikan bisa jadi memperburuk hubungan antar sesama, bonusnya bisa jadi penyakit ini itu untuk diri sendiri terutama jika jengkelnya itu dipendam sampai sedalam-dalamnya lautan *halah…. :)
Jadi menurut analisa ngasal versi ketak-ketik ketika marah atau jengkel pada seseorang yang terpenting adalah berdamai dengan diri sendiri terlebih dulu, keluarkan segala jurus sabar dan ikhlasnya. Soal urusan berdamai dengan seseorang yang jengkelin itu nomor 2 aja, karena percuma juga berdamai atau salaman dengan orang itu, terus soalah hahahihi bersama, sok baik-baik saja tapi dalam hati atau dibelakang orang itu kitanya masih yang “ih sebel…. Ih kesel…. dan ih ih ih yang lainnya”.
Memang berdamai dengan diri sendiri ini bukan perkara yang mudah, gak yang langsung “mak cringggg….. tiba-tiba rilex” tapi ini tuh butuh proses, mungkin pakai acara baper dulu, atau nangis-nangis, atau ngedumel tipis-tipis, lalu pelan-pelan baru deh bisa menerima keadaan dan berdamai dengan diri sendiri. Udah gitu aja, ini sekedar pengalaman pribadi aja karena barang kali berbeda dengan pengalaman orang lain.
salam ketak-ketik,
dr pojokan

Dan berdasarkan apa yang aku rasakan yang namanya marah (emosi) dan benci (jengkel) adalah paket kumplit yang sangat merugikan terutama bagi kesehatan. Dulu aku sering ada masalah pencernaan, gampang batuk, sakit leher dan sekitarnya.
Hingga suatu ketika gak sengaja baca sebuah artikel terkait hubungan penyakit dengan emosi atau kejengkelan yang dipendam. Dari situ mulai belajar bagaimana berdamai dengan diri sendiri dengan cara lebih banyak intropeksi diri, menerima diri sendiri dan orang lain.
Semenjak berdamai dengan diri sendiri dengan berusaha mengelola emosi, lambat laun sakit-sakit yang dulu sering dirasakan lama-lama gak terasa lagi. Batuk? udah lama gak menderita ini padahal dulu langganan. Perut kembung, gampang diare atau masalah percernaan lainnya sekarang juga enggak. Selain itu juga dulu juga sering sakit leher tapi serkang enggak.
Soal pengalaman jengkel/benci yang dipendam dan jadi penyakit ini bukan hanya aku aja loh yang merasakan, mas-ku jauh lebih parah. Masku pernah cerita soal kebencian yang dia pendam yang ternyata berhubungan dengan penyakit yang dia derita.
Memang serba salah, emosi itu dipendem jadi penyakit, kalaupun diluapin menggebu-gebu juga gak baik. Misal jengkel pada anak terus ngomel-ngomel ini itu dengan lantang, mungkin emaknya puas bisa meledakan emosi, lah nasib anaknya gimana? Kalau anaknya sama-sama gak bisa terima maka bisa jadi anaknya juga ikut emosi atau kalo enggak ya diam-diam memendam emosi (jadilah penyakit untuk anaknya). Ibarat bisnis ala MLM ketika kita meluapkan kemarahan kepada orang itu sama halnya sedang merekrut downline, alhasil bisa jadi marahan berjamaah otomatis hubungan jadi gak baik, Iya kan????
Kalau misal orang lain itu jengkelin ya mungkin barangkali memang dia karakternya begitu, atau mungkin diri kita sendirilah yang sebenarnya terlalu baper dan mudah marah/benci. Intinya adalah memahami karakter orang lain dan intropeksi diri.
Yah pokoknya hati-hati ajalah kalo punya kebiasaan marah atau jengkel pada orang lain, kalo gak bisa mengendalikan bisa jadi memperburuk hubungan antar sesama, bonusnya bisa jadi penyakit ini itu untuk diri sendiri terutama jika jengkelnya itu dipendam sampai sedalam-dalamnya lautan *halah…. :)
Jadi menurut analisa ngasal versi ketak-ketik ketika marah atau jengkel pada seseorang yang terpenting adalah berdamai dengan diri sendiri terlebih dulu, keluarkan segala jurus sabar dan ikhlasnya. Soal urusan berdamai dengan seseorang yang jengkelin itu nomor 2 aja, karena percuma juga berdamai atau salaman dengan orang itu, terus soalah hahahihi bersama, sok baik-baik saja tapi dalam hati atau dibelakang orang itu kitanya masih yang “ih sebel…. Ih kesel…. dan ih ih ih yang lainnya”.
Memang berdamai dengan diri sendiri ini bukan perkara yang mudah, gak yang langsung “mak cringggg….. tiba-tiba rilex” tapi ini tuh butuh proses, mungkin pakai acara baper dulu, atau nangis-nangis, atau ngedumel tipis-tipis, lalu pelan-pelan baru deh bisa menerima keadaan dan berdamai dengan diri sendiri. Udah gitu aja, ini sekedar pengalaman pribadi aja karena barang kali berbeda dengan pengalaman orang lain.
salam ketak-ketik,
dr pojokan