Showing posts with label Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Kesehatan. Show all posts

7/26/2020

Suka Nimbun Barang Karena Merasa Nanti Masih Bisa Digunakan? Apakah Ini Berarti Aku/Kamu OCD?

Ketak-ketik kali ini tentang gejala OCD. Karena aku suka nimbun barang dengan dalih merasa siapa tau nanti bisa digunakan atau dibutuhkan dilain waktu, sehingga aku bertanya-tanya apa iya yang aku alami termasuk gejala OCD? Tapi kayaknya sih enggak 😊. Mengingat beberapa waktu yang lalu sempat viral curhatan embak-embak yang konon dikosnya ada kamar yang ditinggalkan penghuninya dan setelah dibuka ternyata kamar itu penuh sampah.

Padahal menurut cerita si penguni kos yang pergi tanpa kabar itu adalah pekerja kantoran yang riwayat kerjanya pun gak ecek-ecek gitu loh. Tapi kenapa bisa menimbun sampah hingga sedemikian rupa dikosnya? Dari cerita yang viral itu aku baca-baca ada istilah hoarding disorder yang merupakan salah satu bentuk OCD.

Apa itu OCD? Kepanjangannya Obsessive-Compulsive Disorder yakni semacam gangguan mental. Orang dengan OCD punya pikiran dan dorongan yang tak terkendali bahkan berulang (obsesi), serta perilaku (paksaan) kompulsif. Misal mau pergi keluar rumah tapi selalu ragu apakah tadi kompor sudah dimatikan? Hingga melakukan cek kompor berulangkali. Atau misal tangan kena kotoran lalu cuci tangan berulangkali karena ingin bersihnya sempurna.

Bagi orang dengan OCD mungkin dia merasa tak ingin melakukan hal itu tapi disisi lain dia juga tak bisa menghentikannya. Faktor OCD bisa jadi karena keturunan, struktur otak dan konon yang paling berpengaruh adalah faktor lingkungan. Jadi misal dari kecil dibentak-bentak atau diejek tentang kekuranggannya hingga akhirnya pada diri orang yang selalu diejek itu terjadi dorongan untuk melakukan hal yang harus sempurna.



Ketika baca-baca tentang OCD aku sempat 'mak tratap' ada contoh lain gelaja OCD yakni suka nimbun barang karena yakin suatu saat nanti masih bisa digunakan. Sempat mikir-mikir kok aku kadang-kadang gitu ya? Aku tuh suka nimbun 'kresek plastik' karena berfikir nanti bisa dipakai buat wadah apa gitu, sampai kadang tempatnya gak muat dan nyatanya kresek-kresek plastik itu tetap gak kepakai. Meski dibuang sayang tapi kalo sudah muak karena menuhin tempat ya aku bakar gitu aja.

Dengan kata lain dan bermaksud menghibur diri maka aku yakin kebiasaanku nimbun plastik masih wajar karena meski suka nimbun tapi masih mampu untuk memusnahkan pada waktunya. Kalo misal aku suka nimbun tapi gak rela membuangnya hingga tempatnya penuh seperti tempat penampungan sampah ya mungkin pantas diri ini dicurigai kena gejala OCD.

Bagi orang dengan OCD gejala obsebsi atau kompulsif itu bisa mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Kalau udah mengganggu ya sebaiknya ditangani, kalau merasa ada yang kurang beres dengan diri sendiri bisa diam-diam cari tahu. Kita bisa baca-baca informasi dari berbagai sumber, namun mungkin yang paling mudah saat ini ya cari info diinternet misal di web halodoc.com tersedia berbagai informasi tentang kesehatan. Ada tentang OCD dan hal lainnya, jika kurang yakin bahkan bisa konsultasi atau chat dengan dokter spesialis.

Ketika kita merasa ada satu gejala yang sama apakah serta merta kita memvonis diri sendiri "oh pasti aku kena ini????", tentu gak gitu ya kan? Kita perlu konsultasi pada ahlinya, karena pasti ada banyak faktor penentunya. Misal seperti kebiasaan nimbun barang yang bisa jadi gejala OCD itu diantaranya aku kutip dari halodoc.com:


  • Kesulitan yang terus-menerus membuang barang, terlepas dari nilai aktualnya.
  • Desakan kuat untuk menyimpan barang dan kesulitan saat membuangnya.
  • Akumulasi barang-barang sedemikian rupa, sehingga tempat tinggal tidak lagi dapat digunakan sebagaimana fungsinya.
  • Mengalami gangguan fungsi di faktor keselamatan dan interaksi sosial karena senang menimbun.
  • Tidak adanya gangguan medis atau mental lain yang akan menyebabkan gejala sama.


Ya intinya banyak faktor untuk mastiin beneran masuk OCD atau enggak. Jadi misal punya hobi nimbun barang karena siapa tahu nanti bisa dipakai adiknya gitu bukan serta merta OCD, tapi itu mungkin karena jiwa hemat yang luar biasa, hehehe...

Kalau aku sih selaku blogger penginnya melakukan hal yang berulang dalam hal posting, jadi misal hari ini udah posting tapi besuk merasa ragu kemarin udah posting belum ya? Terus akhirnya posting lagi dan lagi gitu. *eaaa.... mana ada gejala yang begini? Ngarep bin ngayal, hehehe...

Oh iya btw, kalo misal kasusnya seperti penghuni kos yang viral itu gimana ya? Jadi misal kita tau tetangga kos kok ada yang aneh gitu harus gimana? Serba bingung pasti. Karena kalo orang OCD yang suka nimbun seperti itu pasti orangnya tertutup ya kan?, interaksi ke orang sekitar pasti kurang banget. Ya karena mungkin merasa malu dengan kebiasannya jadi milih menutup diri gitu. Jadi enaknya gimana dong? Cara deketinnya gimana? Share dong idenya. Gak mungkin juga kan kita nylonong gitu terus sok kenal sok dekat terus ujung-ujungnya "sini aku bantu buangin sampah elu", seketika bisa ilfeel dia, ya kan?. Aku sendiri selaku orang pendiam dan tertutup (karena introvert) merasa terganggu kalau ada orang yang sok deket lalu ingin cawe-cawe tentang hal yang bagiku itu aku anggap rahasia gitu loh, dengan kata lain auto menghindar 😊.


Salam ketak-ketik,
dr pojokan

2/21/2019

Kiat Sederhana Menolak Flu Dan Batuk (Agak-agak Ala Agnes MO)

Langganan kena flu dan batuk? Sama dong, aku juga gitu tapi itu dulu. Sekarang? Sudah gak begitu karena ketika flu serasa mau datang langsung buru-buru ditolak. Caranya gimana? Gampang kok. Tenang aja ini bukan review produk, postingan ini sekedar pengalaman pribadi saja (jika ada produk-produk tutzzz... itu hanya kebetulan pakainya itu gitu, jadi bukan promo loh ya).



Tapi sebelumnya aku cerita basa-basi dulu ya. Dulu itu aku gampang banget kena flu atau pilek, dimana kalo udah flu pasti ujung-ujungnya batuk. Dan kalo udah batuk gitu bisa sampek kurus, karena yang namanya batuk itu sungguh butuh tenaga sampek perut berasa nyeri seperti saat dah lama gak olahraga terus tiba-tiba olahraga.

Aku rasa ada hal sederhana yang bisa bikin tubuh gampang kena atau ketularan flu dan batuk. Apa itu? Yakni hobi makan gorengan dan makan/minum manis (banyak gula). Dulu kalo kalo pagi/sore biasa jajan gorengan 5rb, belum lagi jajan es kopi (instan) atau es kental manis (dulu sih disebut susu tapi sekarang gak boleh karena itu bukan produk susu).

Dan ada makanan yang tiap kali habis makan bisa dipastikan tenggorokan panas, hidung meler, terus batuk. Apa itu? Yaitu ayam goreng tepung yang ala-ala kfc itu loh. Kadang kan itu banyak minyaknya, lah minyaknya itu bikin panas tenggorokan. Yah gitu deh, namanya anak kos jajannya suka asal kenyang gitu.

Setelah gak kos dah gak pernah jajan gorengan atau es-esan dan sebangsanya. Sekarang kalo jajan paling pas sepedaan mampir nyoto, bakso, miayam atau apa gitu diwarung-warung pinggir jalan. Tapi sudah jarang banget kok jajan diluar.

Semenjak gak kebanyakan jajan gorengan atau yang manis-manis (gula) akhirnya gak gampang kena flu atau batuk. Kalo misal tenggorokan serasa panas-panas gimana gitu segera minum madu dan rajin makan (makan teratur). Jadi kiat sederhana menolak flu dan batuk versi ketak-ketik hanya ada 2 langkah mudah.

Hindari Minyak (Gorengan) dan Makanan/Minuman Manis Yang Banyak Mengandung Gula


Menghindari gorengan atau yang manis-manis itu gampang-gampang susah. Karena kebiasaan orang sukanya ngeteh manis ngemilnya gorengan. Belum lagi ngemil kue ini itu yang manis dan enaknya kebangetan.

Aku sendiri gak yang anti gorengan atau anti yang manis-manis. Sesekali tetep menikmati hanya saja gak sebrutal dulu kala. Aku minum teh manis paling pas jajan di warung atau pas main disuguhi teh kan gak mungkin nolak. Sirup warna-warni gitu aku juga akhirnya gak suka. Es juga jarang. Mengurangi gula-gulaan itu efeknya berasa banget bagi daya tahan tubuh.

Minum Madu


Konon madu bagus untuk menjaga kesehatan. Aku sebenarnya gak suka madu karena rasanya manis gak jelas gitu. Tapi harus diakui bahwa madu itu kasiatnya memang ajaib. Nah untuk menolak flu atau batuk aku biasanya memang minum madu. Apakah minum madunya tiap hari? Enggak kok, minumnya hanya saat tenggorokan terasa gak enak.

Biasanya aku stok madu tutzzz (anggap aja mereknya disensor, yang pasti madunya diiklanin Agnes Mo). Madu yang itu kan ada beberapa pilihan, nah yang tadinya merasa salah pilih rasa tapi akhirnya aku biasa nyetok yang untuk panas dalam. Pernah aku posting di IG dulu.



Sampai sekarang masih nyetok madu itu, biasa beli yang kecil aja karena gak diminum setiap hari gitu kan, jadi biar gak kebanyakan juga.

Musim flu Februari 2019 sudah minum madu masih agak bersin-bersin terus hidung agak-agak mampet. Lalu pakai aroma-aroma pelega hidung tersumbat, kebetulan pakai produk fresh tutzzzz (sensor lagi, yang pasti diiklanin juga ma Agnes Mo). Meski sempat sedikit mampet tapi akhirnya plong lagi dan gak jadi flu.

Dan kalo misal tubuh rasanya dah capek pegel, dingin dari dalam, biasanya minum produk tutz…. (Sensor lagi, yang pasti orang pintar minum tuttt…., pernah diiklanin ma Agnes Mo juga tuh). Tapi minum-minum kayak gituan tuh jarang, hanya kalo kepepet alias terpaksa aja. Karena sepinter-pinternya orang gak ada yang hobi minum obat meski ada embel-embelnya herbal.

Dulu memang biasanya cuek atau pasrah gitu kalau terserang flu hingga batuk, karena berfikir ini penyakit biasa yang entar juga bisa sembuh sendiri gitu kan. Tapi sejak 2016 sudah gak mau pasrah lagi, sebisa mungkin kalau musim flu jangan sampai ketularan. Sejak saat itu ngurangin gula-gulaan dan sampai saat tulisan ini diketik aku bisa terhindar dari flu dan batuk.

Ya gitu doang sih kiat sederhana menolak flu dan batuk. Aku udah lama gak sampek hidung meler kemana-mana atau batuk sampek perut kram. Meski gak gampang flu dan batuk tapi bukan berarti gak ada masalah, karena sesuatu hal kadang ada saatnya aku berkunang-kunang. Tapi seenggaknya aku senang karena sudah lupa rasanya batuk yang kalo dilepasin berisik tapi kalo ditahan tenggorokan gatelnya kayak embuh.

salam ketak-ketik,
dr pojokan

2/05/2018

Emosi dan Kebencian Bisa Jadi Penyakit, Berdamai Dengan Diri Sendiri Adalah Solusinya!

Emosi dan Kebencian Bisa Jadi Penyakit, Berdamai Dengan Diri Sendiri Adalah Solusinya! || Ketak-ketik dulu ah, kali ini posting berbagi pengalaman seputar amarah dan kebencian! Tema yang cinderung horor tapi hampir semua orang pernah ngalamin marah bahkan sampek benci pada seseorang entah itu keluarga sendiri (bapak, ibu, kakak, adik, suami/istri, anak), tetangga, teman dan sekitarnya. Aku pun mengalami hal itu, terlebih bawaan karakter introvert yang sukanya kalo emosi atau jengkel dipendem sampek ke ubun-ubun.



Dan berdasarkan apa yang aku rasakan yang namanya marah (emosi) dan benci (jengkel) adalah paket kumplit yang sangat merugikan terutama bagi kesehatan. Dulu aku sering ada masalah pencernaan, gampang batuk, sakit leher dan sekitarnya.

Hingga suatu ketika gak sengaja baca sebuah artikel terkait hubungan penyakit dengan emosi atau kejengkelan yang dipendam. Dari situ mulai belajar bagaimana berdamai dengan diri sendiri dengan cara lebih banyak intropeksi diri, menerima diri sendiri dan orang lain.

Semenjak berdamai dengan diri sendiri dengan berusaha mengelola emosi, lambat laun sakit-sakit yang dulu sering dirasakan lama-lama gak terasa lagi. Batuk? udah lama gak menderita ini padahal dulu langganan. Perut kembung, gampang diare atau masalah percernaan lainnya sekarang juga enggak. Selain itu juga dulu juga sering sakit leher tapi serkang enggak.

Soal pengalaman jengkel/benci yang dipendam dan jadi penyakit ini bukan hanya aku aja loh yang merasakan, mas-ku jauh lebih parah. Masku pernah cerita soal kebencian yang dia pendam yang ternyata berhubungan dengan penyakit yang dia derita.

Memang serba salah, emosi itu dipendem jadi penyakit, kalaupun diluapin menggebu-gebu juga gak baik. Misal jengkel pada anak terus ngomel-ngomel ini itu dengan lantang, mungkin emaknya puas bisa meledakan emosi, lah nasib anaknya gimana? Kalau anaknya sama-sama gak bisa terima maka bisa jadi anaknya juga ikut emosi atau kalo enggak ya diam-diam memendam emosi (jadilah penyakit untuk anaknya). Ibarat bisnis ala MLM ketika kita meluapkan kemarahan kepada orang itu sama halnya sedang merekrut downline, alhasil bisa jadi marahan berjamaah otomatis hubungan jadi gak baik, Iya kan????

Kalau misal orang lain itu jengkelin ya mungkin barangkali memang dia karakternya begitu, atau mungkin diri kita sendirilah yang sebenarnya terlalu baper dan mudah marah/benci. Intinya adalah memahami karakter orang lain dan intropeksi diri.

Yah pokoknya hati-hati ajalah kalo punya kebiasaan marah atau jengkel pada orang lain, kalo gak bisa mengendalikan bisa jadi memperburuk hubungan antar sesama, bonusnya bisa jadi penyakit ini itu untuk diri sendiri terutama jika jengkelnya itu dipendam sampai sedalam-dalamnya lautan *halah…. :)

Jadi menurut analisa ngasal versi ketak-ketik ketika marah atau jengkel pada seseorang yang terpenting adalah berdamai dengan diri sendiri terlebih dulu, keluarkan segala jurus sabar dan ikhlasnya. Soal urusan berdamai dengan seseorang yang jengkelin itu nomor 2 aja, karena percuma juga berdamai atau salaman dengan orang itu, terus soalah hahahihi bersama, sok baik-baik saja tapi dalam hati atau dibelakang orang itu kitanya masih yang “ih sebel…. Ih kesel…. dan ih ih ih yang lainnya”.

Memang berdamai dengan diri sendiri ini bukan perkara yang mudah, gak yang langsung “mak cringggg….. tiba-tiba rilex” tapi ini tuh butuh proses, mungkin pakai acara baper dulu, atau nangis-nangis, atau ngedumel tipis-tipis, lalu pelan-pelan baru deh bisa menerima keadaan dan berdamai dengan diri sendiri. Udah gitu aja, ini sekedar pengalaman pribadi aja karena barang kali berbeda dengan pengalaman orang lain.



salam ketak-ketik,
dr pojokan

Lapak Aneka Souvenir Promosi Widhadong

 









Konveksi Kaos Widhadong