11/21/2019

Candi Gana Klaten Cagar Budaya Yang Tak Sepopuler Candi-candi Tetangga

Ehem… sebenarnya kemarin pengin ikut lomba nulis tentang cagar budaya tapi gak jadi karna gak mampu ngejar deadline. Meski demikian tetap diketak-ketik saja deh, pakai gaya bahasa seperti biasa yang mencla-mencle embuh gitu. Karena kalo disuruh nulis pakai bahasa Indonesia yang baik apalagi baik dan benar susah aku tuh *hehe.



Kemarin pengin ngetik Candi Gana Klaten karena lihat teman facebook yang share tempat-tempat wisata Klaten, rata-rata isinya berupa tebing, bukit dan taman bunga. Dan salah satu-nya ada Candi Gana, sebagai warga Klaten yang kurang piknik tentu saja aku tidak tau. Seketika mak cling… muncul ide buat ngulas atau beropini tentang Candi Gana yang tak sepopuler candi-candi tetangga terus niat ikut lomba tapi akhirnya gak jadi ikut lomba, takut menang ^eh gak dhing, sebenarnya aku banci kontes dan langganan kalah.

Oke kembali ke Candi Gana yang tak sepopuler candi-candi tetangga (candi-candi tetangga itu maksudnya candi-candi disekitarnya seperti Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Bubrah, Candi Lumbung dan Candi Plaosan).

Alamat Lokasi Candi Gana Klaten


Aku belum pernah ke Candi Gana jadi gak tau lokasinya dimana, tapi kang mas tau jadi bisa langsung cusss kesana tanpa kesasar. Lagian ternyata lokasi Candi Gana Klaten itu gampang dicari karena gak jauh dari komplek candi Prambanan. Pokoknya tuh jalan timur Candi Prambanan itu terus aja ke utara, lalu ada tanda panah masjid Al-Ikhsan masuk gang dikit sampek mentok, candi gana ada dikiri jalan. Alamat lokasi Candi Gana ada di Dusun Bener, Kelurahan Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.



Candi gana berada ditengah-tengah pemukiman penduduk, bentuknya memang nampak tak beraturan. Candi nampak menghadap ke arah barat, banyak relief berbentuk hewan, bahkan dimasyarakat sekitar menyebut Candi Gana itu Candi Asu (Asu itu bahasa jawa artinya anjing karena memang ada batu yang bentuknya seperti anjing). Namun ketika berkunjung ke Candi Gana aku hanya melihat dari luar pagar, karena lokasi benar-benar sepi gak tau kalau mau masuk lewat mana atau izin siapa gitu. Dari timur jalan nampak papan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.





Candi Gana ini hanyalah salah satu contoh peninggalan bersejarah yang masuk dalam cagar budaya Indonesia namun keberadaannya tidak diketahui banyak orang. Beda dengan candi prambanan yang telah mendunia. Yah semoga cagar budaya yang kini sepi seperti candi gana atau lainnya tidak musnah atau kalah pamor dengan wisata-wisata selfie kekinian. Karena saat ini tren-nya adalah wisata-wisata selfie seperti tebing, bukit, taman bunga dan wisata alam lainnya yang intinya didesain seinstagramable mungkin biar menghasilkan foto yang kece, ya kan?

Nasib Cagar Budaya Tergantung Siapa?


Nasib cagar budaya itu tergantung siapa sih? Ya sebenarnya tergantung semua pihak baik pemerintah ataupun masyarakat. Pemerintah punya peran penting terhadap pelestarian cagar budaya. Meliputi proses pendataan (inventarisasi), pendaftaran (registrasi), membuat peringkat cagar budaya, membentuk tim ahli cagar budaya, menetapkan status cagar budaya hingga menyebarluaskan informasi tentang cagar budaya dengan tetap memperhatikan keamanan dan kerahasiaan data. Sementara itu masyarakat juga bisa berkontribusi misal ikut serta dalam hal pencarian cagar budaya, melaporkan dan mendaftarkan cagar budaya yang dimiliki atau diketahuinya, ikut serta memelihara dan menjaga agar cagar budaya tersebut tidak rusak dan musnah, tidak menjadi milik orang asing atau dikirim ke luar negeri.

Nah, selain itu tergantung juga pada para generasi penerus. Kalau sekarang sudah dirawat tapi kedepannya gak dipedulikan oleh generasi penerus ya lama-lama musnah, ye kan??? Mungkin hal-hal sederhana yang bisa dilakukan adalah menanamkan rasa cinta cagar budaya pada anak-anak misal yang selama ini study tour anak-anak sekolah tujuannya ke luar kota ya coba diajak aja dulu ke tempat-tempat cagar budaya setempat. Karena salah satu contoh menjaga kelestarian cagar budaya adalah dengan cara mengunjunginya.

Cagar budaya entah berupa candi atau bangunan kuno yang tak dibiarkan sepi akan lebih bagus nasibnya, karena kalau udah sepi gak dirawat lama-lama lumutan penuh semak belukar, lama-lama lagi jadi seram, lebih lama-lama lagi makin horor. Kalau sudah begitu nilai sejarah hilang, yang ada candi hanya dipandang sebagai batu, museum dianggap rumah hantu atau semacamnya. Ya bayangin aja nanti ketika Rafatar, Gempi, Jan Etes, atau La Lembah Manah tua nontonnya tempat-tempat horor atau jangan-jangan udah dibuldoser jadi hotel.

Ya intinya masalah menjaga kelestarian cagar budaya semua orang atau masyarakat umum bisa berkontribusi sesuai sikon masing-masing. Masyarakat setempat bisa ikut menjaga atau mengawasi cagar budaya dari tindakan pencurian. Atau sebagai pengunjung harus bisa jaga diri dari kealay-an skil dewa entah foto-foto jumpalitan atau vandalisme karena kadang ada orang alay yang datang ke suatu tempat lalu nulis-nulis embuh gitu misal “Paijo lope Paijem” atau semacamnya.

Blogger pun bisa berkontribusi dengan cara menulis atau membantu mempromosikan lewat postingan-postingan diblognya. Netizen yang aliran instagram garis keras juga bisa turut serta berbagi foto-foto instagramablenya biar cagar budaya itu tetap viral dikalangan milenial. Tapi kalau mempromosikan ya foto-fotonya sesuai kenyataanya aja loh ya, jangan fotonya diedit kebangetan sehingga difotonya terlihat bagus padahal aslinya embuh gitu dan agar supaya kalo ada orang berkunjung gak kecewa misal lihat foto di IG keren kok pas datang biasa aja, yang kayak gitu berasa kecele ye kan. Yah pokoknya lakukan apa yang bisa dilakukan untuk turut serta menjaga kelestarian cagar budaya Indonesia. Kalau bisanya nyinyir? ya mending diem aja, *hehe....



Salam ketak-ketik,
dr pojokan

Related Posts

Silakan Berkomentar di Blognya Mbak Widha (BMW), Agar komentarnya rapi mohon komentar menggunakan NAMA anda, hindari pemakaian nama yang aneh-aneh biar gak masuk Spam!

Lapak Aneka Souvenir Promosi Widhadong

 









Konveksi Kaos Widhadong